Senin, 18 Oktober 2010

BAGAIMAN MEMBUAT MEDIA PROMOSI KESEHATAN

I. PENDAHULUAN

          Program-program kesehatan, terutama yang terkait dengan PHBS perlu selalu disosialisasikan secara
terus menerus, hal ini dikarena perubahan tingkah laku kadang-kadang hanya dapat terjadi dalam kurun waktu yang relative lama. Dari pengalaman bertahun-tahun pelaksanaan promosi atau penyuluhan kesehatan masyarakat mengalami berbagai hambatan dalam rangka mencapai tujuannya, yaitu mewujudkan perilaku hidup sehat bagi masyarakat.
Dari berbagai aspek terkait dalam Promosi Kesehatan yang perlu mendapatkan perhatian secara seksama adalah tentang media atau alat peraga yang digunakan dalam promosi kesehatan. Dengan media atau alat peraga yang benar dan tepat sasaran, maka materi atau bahan isi yang perlu dikomunikasikan dalam promosi kesehatan akan mudah diterima, dicerna dan diserap oleh sasaran, sehingga kesadaran masyarakat akan PHBS lebih mudah terwujud.

II. MEDIA PROMOSI KESEHATAN
    Apa itu Media ?
              Media atau alat peraga dalam promosi kesehatan dapat diartikan sebagai alat bantu untuk promosi
kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa atau dicium, untuk memperlancar komunikasi dan penyebar-luasan informasi
    Apa kegunaan media ?
             Biasanya alat peraga digunakan secara kombinasi, misalnya menggunakan papan tulis dengan photo
dan sebagainya. Tetapi dalam menggunakan alat peraga, baik secara kombinasi maupun tunggal, ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu :
  • Alat peraga harus mudah dimengerti oleh masyarakat sasaran
  • Ide atau gagasan yang terkandung di dalamnya harus dapat diterima oleh sasaran
Alat peraga yang digunakan secara baik memberikan keuntungan-keuntungan :
  • Dapat menghindari salah pengertian/pemahaman atau salah tafsir. Dengan contoh yang telah disebutkan pada bagian atas dapat dilihat bahwa salah tafsir atau salah pengertian tentang bentuk plengsengan dapat dihindari.
  • Dapat memperjelas apa yang diterangkan dan dapat lebih mudah ditangkap.
  • Apa yang diterangkan akan lebih lama diingat, terutama hal-hal yang mengesankan.
  • Dapat menarik serta memusatkan perhatian.
  • Dapat memberi dorongan yang kuat untuk melakukan apa yang dianjurkan.
Jenis / Macam Media itu apa saja?
                 Alat-alat peraga dapat dibagi dalam 4 kelompok besar :
a. Benda asli, yaitu benda yang sesungguhnya baik hidup maupun mati.
                Merupakan alat peraga yang paling baik karena mudah serta cepat dikenal, mempunyai bentuk
serta ukuran yang tepat. Tetapi alat peraga ini kelemahannya tidak selalu mudah dibawa ke manamana
sebagai alat bantu mengajar. Termasuk dalam macam alat peraga ini antara lain :
  • Benda sesungguhnya, misalnya tinja di kebun, lalat di atas tinja, dsb
  • Spesimen, yaitu benda sesungguhnya yang telah diawetkan seperti cacing dalam botol pengawet, dll
  • Sample yaitu contoh benda sesungguhnya untuk diperdagangkan seperti oralit, dll
b. Benda tiruan, yang ukurannya lain dari benda sesungguhnya.
                  Benda tiruan bisa digunakan sebagai media atau alat peraga dalam promosi kesehatan. Hal ini
dikarena menggunakan benda asli tidak memungkinkan, misal ukuran benda asli yang terlalu
besar, terlalu berat, dll. Benda tiruan dapat dibuat dari bermacam-macam bahan seperti tanah,
kayu, semen, plastik dan lain-lain.
c. Gambar/Media grafis, seperti poster, leaflet, gambar karikatur, lukisan, dll.

    •  Poster
                Adalah sehelai kertas atau papan yang berisikan gambar-gambar dengan sedikit kata-kata. Kata-kata dalam poster harus jelas artinya, tepat pesannya dan dapat dengan mudah dibaca pada jarak
kurang lebih 6 meter. Poster biasanya ditempelkan pada suatu tempat yang mudah dilihat dan banyak dilalui orang misalnya di dinding balai desa, pinggir jalan, papan pengumuman, dan lainlain. Gambar dalam poster dapat berupa lukisan, ilustrasi, kartun, gambar atau photo. Poster terutama dibuat untuk mempengaruhi orang banyak, memberikan pesan singkat. Karena itu cara pembuatannya harus menarik, sederhana dan hanya berisikan satu ide atau satu kenyataan saja. Poster yang baik adalah poster yang mempunyai daya tinggal lama dalam ingatan orang yang melihatnya serta dapat mendorong untuk bertindak.
    • Leaflet
             Leaflet adalah selembaran kertas yang berisi tulisan dengan kalimat-kalimat yang singkat, padat,
mudah dimengerti dan gambar-gambar yang sederhana. Ada beberapa yang disajikan secara berlipat.
Leaflet digunakan untuk memberikan keterangan singkat tentan suatu masalah, misalnya deskripsi pengolahan air di tingkat rumah tangga, deskripsi tentang diare dan penecegahannya, dan lainlain. Leaflet dapat diberikan atau disebarkan pada saat pertemuan-pertemuan dilakukan seperti pertemuan FGD, pertemuan Posyandu, kunjungan rumah, dan lain-lain. Leaflet dapat dibuat sendiri dengan perbanyakan sederhana seperti di photo copy.
d. Gambar Optik. seperti photo, slide, film, dll
    • Photo
                  Sebagai bahan untuk alat peraga, photo digunakan dalam bentuk : 1).  Album, yaitu merupakan foto-foto yang isinya berurutan, menggambarkan suatu cerita, kegiatan dan lain-lain. Dikumpulkan dalam sebuah album. Album ini bisa dibawa dan ditunjukan kepada masyarakat sesuai dengan topik yang sedang di diskusikan. Misalnya album photo yang berisi kegiatan-kegiatan suatu desa untuk merubah kebiasaan BABnya menjadi di jamban dengan CLTS sampai mendapat pengakuan resmi dari Bupati. 2). Dokumentasi lepasan. Yaitu photo-photo yang berdiri sendiri dan tidak disimpan dalam bentuk album. Menggambarkan satu pokok persoalan atau titik perhatian. Photo ini digunakan biasanya untuk bahan brosur, leaflet, dll

   • Slide
                 Slide pada umumnya digunakan untuk sasaran kelompok. Penggunaan slide cukup effektif, karena gambar atau setiap materi dapat dilihat berkali-kali, dibahas lebih mendalam. Slide sangat menarik terutama bagi kelompok anak sekolah, karena alat ini lebih “trnedi” disbanding dengan gambar, leaflet, dll
   • Film
               Film meruapakan media yang bersifat menghibur, tapi dapat disisipi dengan pesan-pesan yang bersifat edukatif. Sasaran media ini adalah kelompok besar, dan kolosal.

III. MEDIA GRAFIS / GAMBAR
                Grafis secara umum diartikan sebagai gambar. Media grafis adalah penyajian visual (menekankan
persepsi indera penglihatan) dengan penyajian dua dimensi. Dalam media grafis tidak termasuk media elektronik. Termasuk dalam media grafis misalnya Poster, Leaflet, Reklame, billboard, Spanduk, dll
3.1. PESAN DALAM MEDIA
            Pesan adalah terjemahan dari tujuan komunikasi ke dalam ungkapan atau kata yang sesuai untuk
khalayak sasaran. Pesan dalam suatu media harus efektif dan kreatif, untuk itu pesan harus memenuhi hal-hal sebagai berikut:
a. Command attention
                Kembangkan suatu idea tau pesan pokok yang merefleksikan strategi desain suatu pesan. Bila terlalu banyak ide, hal tersebut akan membingungkan khayalayak sasaran dan mereka akan mudah melupakan pesan tersebut.
b. Clarify the massage
               Pesan haruslah mudah, sederhana dan jelas. Pesan yang effektif harus memberikan informasi yang relevan dan baru bagi khalayak sasaran. Kalau pesan dalam media diremehkan oleh sasaran, secara otomatis pesan tersebut gagal.
c. Create trust
               Pesan harus dapat dipercaya, tidak bohong, dan terjangkau. Katakanlah masyarakat percaya cuci tangan pakai sabun dapat mencegah penyakit diare, dan untuk itu harus dibarengai bahwa harga sabun terjangkau dan mudah didapat didekat tempat tinggalnya.
d. Communicate a benefit
             Hasil pesan diharapkan akan memberikan keuntungan. Khalayak sasaran termotivasi membuat jamban misalnya, karena mereka akan memperoleh keuntungan dimana anaknya tidak akan terkena penyakit diare misalnya
e. Consistency
             Pesan harus konsisten, artinya bahwa sampaikan satu pesan utama dimedia apapaun secara berulang, misal di poster, stiker, dll, tetapi maknanya akan tetap sama.
f. Cater to the heart and head
            Pesan dalam suatu media harus bisa menyentuh akal dan rasa. Komunikasi yang effektif tidak hanya sekedar member alas an teknis semata, tetapi juga harus menyentuh nilai-nilai emosi dan membangkitkan kebutuhan nyata.
g. Call to action
            Pesan dalam suatu media harus dapat mendorong khlayak sasaran untuk bertindak sesuatu. “Ayo, buang air bedsar di jamban agar anak tetap sehat” adalah contoh ungkapan yang memotivasi kearah suatu tindakan.
3.2. HIMBAUAN DALAM PESAN
                Dalam media promosi, pesan dimaksudkan untuk mempengaruhi orang lain, atau pesan itu untuk
menghimbau khalayak sasaran agar mereka menerima dan melaksanakan gagasan kita.
a. Himbauan Rasional
               Hal ini didasarkan pada anggapan bahwa manusia pada dasarnya makhluk rasiona. Contoh pesan
“Datanglah ke posyandu untuk imunisasi anak Anda. Imunisasi melindungi anak dari penyakit berbahaya” para ibu mengerti pesan itu, namun kadang tidak bertindak karena keraguan.
b. Himbauan Emosional
               Kebanyakan perilaku manusia, terutama kaum ibu, lenih didasarkan pada emosi daripada hasil
pemikiran rasional. Bebara hal menunjukan bahwa pesan dengan menggunakan imbauan emosional sering lebih berhasil disbanding dengan imbauan dengan bahasa rasional. Contoh: “Diare penyakit berbahaya, merupakan penyebab kematian bayi. Cegahlah dengan stop BAB Sembarangan” Kombinasikan dalam poster hubungan gagasan dengan unsure visual dan non verbal, misal dengan gambar anak balita sakit, kemudian tertera pesan “Lindungi anak Anda”:
c. Himbauan Ketakutan
              Penggunaan imbauan dengan pesan yang menimbulkan ketakutan harus digunakan secara berhati-hati. Ada sebagian orang yang mempunyai kepribadian kuat justru tidak takut dengan imbauan semacam ini, tetapi sebaliknya kelompok orang yang memiliki tingkat kecemasan tinggi, pesan semacam ini akan lebih effektif.
d. Himbauan Ganjaran
             Pesan dengan imbauan ganjaran dimaksudkan menjanjikan sesuatu yang diperlukan dan diinginkan oleh si penerima pesan. Teknik semacam ini dirasa cukup masuk akal, karena pada kenyataanya orang akan lebih banyak mengubah perilakunya bila akan memperoleh imbalan (terutama materi) yang cukup.
e. Himbauan Motivasional
           Pesan ini dengan menggunakan bahasa imbauan motiv yang menyentuh kondisi internal diri sipenerima pesan. Manusia dapat digerakan lewat dorongan kebutuhan biologis seperti lapar, haus, keselamatan, tetapi juga lewat dorongan psikologis seprti kasih saying, keagamaan, prestasi, dll
3.3. BEBERAPA MEDIA GRAFIS
               Media grafis adalah penyajian visual dua dimensi, yang dibuat berdasarkan unsure dan prinsip
rancangan gambar, dan sangat bermanfaat dan effektif sebagai media penyampai pesan.
3.3.1. POSTER
             Poster merupakan pesan singkat dalam bentuk gambarr dengan tujuan untuk mempengaruhi sesorang agar tertarik pada sesuatu, atau mempengaruhi agar seseorang bertindak akan sesuatu hal. Poster tidak dapat member pelajaran dengan sendirinya, karena keterbatasan kata-kata. Poster lebih cocok kalau diperuntukan sebagai tindak lanjut dari suatu pesan yang sudah disampaikan beberapa waktu yang lalu. Dengan demikian poster bertujuan untuk mengingat kembali dan mengarahkan pembaca kearah tindakan tertentu sesuai dengan apa yang diinginkan oleh komunikator.
Dari isi pesan, poster dapat disebut sebagai Thematik poster, Tactrical poster dan Practical poster. Thematik poster yaitu poster yang menerangkan apa dan mengapa, Tractical poster menjawab kapan dan dimana, sedangkan Practical poster menerangka siapa, untuk siapa, apa, mengapa dan dimana.

APA SYARAT-SYARAT YANG PERLU DIPERHATIKAN ?
  • Dibuat dalam tata letak yang menarik, misal besarnya huruf, gambar warna yang ,mencolok
  • Dapat dibaca (eye cacher) orang yang lewat
  • Kata-kata tidak lebih dari 7 kata
  • Menggunakan kata yang provokatif, sehingga menarik perhatian
  • Dapat dibaca dari jarak 6 meter
  • Harus dapat menggugah emosi, misal dengan menggunakan factor IRI, BANGGA, dll
  • Ukuran yang besar (50X70) cm, kecil (35X50) cm
DIMANA TEMPAT PEMASANGAN POSTER?
  • Poster biasanya dipasang ditempat-tempat umum dimana ornag sering berkumpul, seperti pemberhentian bus, dekat pasar, dekat toko/warung,
  • Persimpangan jalan desa, kantor kelurahan, balai desa, posyandu, dll
APA KEGUNAAN POSTER ?
  • Memberikan peringatan, misalnya tentang peringatan untuk selalu mencuci tangan dengan sabun setelah berak dan sebelum makan
  • Memberikan informasi, misalnya tentang pengolahan air di rumah tangga
  • Memberikan anjuran, misalnya pentingnya mencuci makanan mentah dan buah-buahan dengan air bersih sebelum di makan
  • Mengingatkan kembali, misalnya cara mencuci tangan yang benar
  • Memberikan informasi tentang dampak, misalnya informasi tentang dampak dari BAB di jamban
APA KEUNTUNGAN POSTER?
  • Mudah dibuat
  • Singkat waktu dalam pembuatanya
  • Murah
  • Dapat menggapai orang banyak
  • Mudah menggugah orang banyak untuk berpartisipasi
  • Bisa dibawa kemana-mana
  • Banyak variasi
BAGAIMANA CARA MEMBUAT POSTER?
  • Pilih subyek yang akan dijadikan topic, missal kesehatan lingkungan, sanitai, PHBS,dll
  • Pilih satu pesan kesehatan yang terkait, misal keluarga yang menggunakan jamban untuk BAB
  • Gambarkan pesan tersebut dalam gambar, buat sket
  • Pesan dibuat menyolok, singkat, cukup besar, dan dapat dilihat pada jarak 6 meter. Contoh pesan misalnya : Stop buang air besar sembarangan
  • Buat dalam warna yang kontras sehingga jelas terbaca. Kombinasi warna yang tidak bertabrakan adalah : biru tua-merah; hitam-kuning; merah-kuning; biru tua-biru muda.
  • Hindarkan embel-embel yang tidak perlu
  • Gambar dapat sederhana
  • Perhatikan jarak huruf, bentuk dan ukuran
  • Test/uji poster pada teman, apa poster bisa mencapai maksudnya atau tidak.
HAL-HAL APA YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM MENDESAIN POSTER?
              Poster secara umum terdiri atas beberapa bagian, yaitu: (i) Head line (judul), (ii) Sub head line (sub
judul), (iii) Body copy/copy writing dan (iv) Logo dan indentitas. Head line, harus dapat dibaca jelas dari jarak 6 meter, mudah dimengerti, mudah diingat dan mudah. Body copy harus menjelaskan head line, melengkapi head line dan menerangkan secara singkat.
Dalam membuat poster juga perlu adanya Illustrasi. Illustrasi ini harus atraktif berhubungan dengan warna, bentuk, format dan jenis gambar. Illustrasi harus berhubungan erat dengan head line, dan terpadu dengan penampilan secara keseluruhan. Warna merupakan salah satu unsur grafis. Pengertian warna bisa meliputi warna simbolik atau rasa kejiwaan. Warna dapat dibagi menjadi 3 kelompok menurut jenisnya:
• Warna primer : merah, kuning, biru
• Warna sekunder : hijau, kuning lembayung
• Warna tersier : cokla kemerahan, coklat kekuningan, coklat kebiruan
Warna sebagai symbol mempunyai arti tersendiri :
• Merah : berani
• Putih : suci
• Kuning : kebesaran
• Hitam : abadi
• Hijau : harapan
• Merah muda : cemburu
Mengenal rasa warna, dapat diartikan sebagai berikut:
• Merah : warna panas
• Biru : warna dingin
• Hijau muda : warna sejuk

3.3.2. PAPAN PENGUMUMAN
                  Papan pengumuman biasanya dibuat dari papan dengan ukuran 90cm x 120 cm, biasa dipasang di dinding atau tempat tertentu seperti Balai desa, posyandu, mesjid, puskesmas, sekolah, dll. Pada papan tersebut ditempelkan gambar-gambar atau tulisan-tulisan dari suatu topic tertentu.
APA BAHAN YANG DIPERLUKAN
  • Plywood ukuran 90 cm X 120 cm
  • Kertas berwarna
  • Gunting
  • Paku payung
  • Huruf-huruf atau tulisan
  • Koleksi gambar-gambar dalam segala ukuran

BAGAIMANA CARA MEMBUAT PAPAN PENGUMUMAN
  • Ambil plywood
  • Warnai bila diperlukan
  • Beri bingkai pada sekeliling papan
  • Tempatkan atau dipaku didinding gedung, atau tempat yang memungkinkan
  • Tempatkan pada tempat atau lokasi yang mudah dilihat
  • Tuliskan judul yang menarik
BAGAIMANA CARA MENGGUNAKAN PAPAN PENGUMUMAN
  • Tentukan jangka waktu pemsangan, sehingga tidak membosankan, missal 1-2 minggu cukup
  • Gunakan pada peristiwa-peristiwa tertentu saja, missal pada waktu pertemuan besar, hari libur
  • Cari sumber untuk melengkapi disply, missal dari perpustakaan, kantor humas, dll
APA KEUNTUNGAN PAPAN PENGUMUMAN
  • Dapat dikerjakan dengan mudah
  • Merangsang perhatian orang
  • Menghemat waktu dan membiarkan pembaca untuk belajar masalah yang ada
  • Merangsang partisipasi
  • Sebagai review/reminder terhadap bahan yang pernah diajarkan.
3.3.3. LEAFLET
              Leaflet atau sering juga disebut pamphlet merupakan selembar kerta yang berisi tulisan cetak tentang
sesuatu masalah khusus untuk suatu sasaran dan tujuan tertentu. Ukuran leaflet biasanya 20 x 30 cm, berisi tulisan 200 – 400 kata. Isi harus bisa ditangkap dengan sekali baca. Misal leaflets tentang diare untuk orang-orang yang tinggal di bantaran sungai dan buang buang air besar sembarangan.

APA YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM MEMBUAT LEAFLETS
  • Tentukan kelompok sasaran yang ingin dicapai
  • Tuliskan apa tujuannya
  • Tentukan isi singkat hal-hal yang mau ditulis dalam leaflets
  • Kumpulkan tentang subyek yang akan disampaikan
  • Buat garis-garis besar cara penyajian pesan, termasuk didalamnya bagaimana bentuk tulisan gambar serta tata letaknya
  • Buatkan konsepnya
  • Konsep dites terlebih dahulu pada kelompok sasaran yang hamper sama dengan kelompok sasaran
  • Perbaiki konsep dan buat ilustrasi yang sesuai dengan isi
UNTUK APA PENGGUNAAN LEAFLETS
  • Untuk mengingat kembali tentang hal-hal yang telah diajarkan atau dikomunikasikan
  • Diberikan sewaktu kampanye untuk memperkuat ide yang telah disampaikan
  • Untuk memperkenalkan ide-ide baru kepada orang banyak
APA KEUNTUNGAN LEAFLETS
  • Dapat disimpan lama
  • Sebagai refensi
  • Jangkauan dapat jauh
  • Membantu media lain
  • Isi dapat dicetak kembali dan dapat sebagai bahan diskusi
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Pedoman Pengelolaan Promosi Kesehatan, Dalam
Pencapaian PHBS, Jakarta 2008
Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Panduan Pelatihan Komunikasi Perubahan Perilaku,
Untuk KIBBLA, Jakarta 2008
Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Pengembangan Media Promosi Kesehatan, Jakarta
2004.

By. Hasan Husain, SKM

Percikan Setetes Air di Padang Gersang

Lebih dari 100 juta orang Indonesia belum memiliki
akses air minum dan penyehatan lingkungan.
Sesuai dengan Millennium Development Goals,
tahun 2015 nanti Indonesia harus mampu
mengurangi setengah dari angka tersebut.
Mampukah itu diwujudkan?
Dengan apa target itu bisa dikejar?
Adakah alternatif pelayanan yang lain?
Air tak bisa dipandang sebagai benda sosial semata. Air pun memiliki nilai ekonomi. Kedua nilai tersebut tak bisa dipisahkan. Memperlakukan air hanya sebagai benda ekonomi akan mengakibatkan hilangnya fungsi sosial dari air dan mengabaikan kebutuhan penduduk miskin. Dalam kaitan ini pemerintah dituntut untuk
meningkatkan jangkauan pelayanan dan kualitas air minum ke seluruh lapisan masyarakat karena air adalah hak dasar. Ini tantangan yang belum bisa terjawab hingga kini, tidak hanya bagi Indonesia tapi juga negara-negara lain.
Pengalaman di beberapa negara menunjukkan bahwa pengelolaan oleh pemerintah cenderung menerapkan harga rendah sehingga tidak mampu mempertahankan kualitas layanan jaringan yang ada, apalagi meningkatkan jangkauan pelayanan. Meskipun harga rendah dikatakan bermanfaat bagi penduduk miskin tapi kenyataannya tidak semua penduduk miskin terlayani. Mereka tetap saja harus mencari sumber alternatif dengan harga air yang jauh lebih mahal. Kondisi ini kemudian memunculkan gagasan keterlibatan swasta dalam penyediaan air minum. Di sisi lain memang air telah menjadi 'emas biru' yang sangat menggiurkan bagi kalangan swasta untuk mengeruk keuntungan. Investasi swasta masuk ke sektor ini dalam skala besar. Akhirnya ada dua model pengelolaan air skala besar ini. Ada yang oleh perusahaan negara dan swasta.
Pengelolaan oleh perusahaan ini berlangsung beberapa dekade. Sayang hasilnya belum memuaskan. Banyak anggota masyarakat yang belum terlayani, terutama kalangan miskin. Ada kendala struktur tarif dan bentuk
pengelolaan. Beberapa alasan masyarakat tidak terjangkau layanan air minum dari perusahaan yaitu (i) biaya sambungan terlalu tinggi dan pembayaran sekaligus di depan menghalangi penduduk miskin untuk berlangganan; (ii) air yang tersedia tidak selamanya mencukupi kebutuhan dan prioritas utama yang tidak mendapat layanan adalah penduduk miskin; (iii) struktur tarif dan rendahnya konsumsi air penduduk miskin mengakibatkan perusahaan air minum tidak tertarik melayani penduduk miskin; (iv) jika penduduk bertempat tinggal di permukiman liar maka mereka tidak akan mendapat layanan publik.
Di sisi lain, perusahaan air minum sering minim pengetahuan terhadap penduduk miskin sehingga (i) tingkat layanan sering tidak sesuai kebutuhan, dan lebih mengutamakan standar teknis yang sering tidak terjangkau; (ii) sistem pembayaran tepat waktu tidak sesuai dengan bentuk penerimaan penduduk miskin yang tidak teratur; (iii) tidak terjadi komunikasi yang baik antara perusahaan air minum dan penduduk miskin.
Dalam kondisi seperti ini muncullah kemudian penyedia air minum skala kecil (Small Scale Water Provider). Mereka hadir memenuhi kebutuhan penduduk miskin terutama di perkotaan yang belum terjangkau jaringan perusahaan air skala besar atau sudah terjangkau tapi aliran airnya tidak kontinyu. Usaha ini berpotensi melayani penduduk miskin dengan biaya investasi yang relatif rendah. Berdasar tinjauan terhadap beberapa
studi empiris, maka penyedia air minum skala kecil dapat dikelompokkan dalam beberapa kategori yaitu:
Penyedia yang mempunyai hubungan permanen dengan perusahaan air minum, yang mendistribusikan air melalui kios atau hidran. Beberapa contoh adalah kios air di Nairobi (Kenya), Lilongwe (Malawi), Batam (Indonesia); hidran umum dikelola oleh komunitas di Dakar (Senegal), Mopti (Mali), Dhaka (Bangladesh); dan hidran umum dikelola oleh asosiasi komunitas skala kecil di Segou (Mali). Masyarakat yang menjual air perpipaan ke komunitas yang belum terlayani air perpipaan. Beberapa contoh adalah sistem air minum dibangun masyarakat Buenos Aires (Argentina); sistem air minum dibangun oleh wira usaha di Guatemala City (Guatemala) dan pusat penjualan air minum hasil pemurnian air sungai menggunakan sinar matahari di Manila (Philipina); truk tangki air, gerobak air yang diambil dari air perpipaan pada waktu dan tempat di mana perusahaan air minum tidak dapat melayani. Contohnya di Dakar (senegal), Portau-Prince (Haiti), Jakarta (Indonesia). Sistem air minum skala komunitas di Dhulikel (Nepal) (Snell, 1998 dan McIntosch, 2003). Usaha skala kecil ini memiliki karakteristik khas yakni inisiatif individu, fleksibel, mudah mengadaptasi pasar dalam konteks pengaturan keuangan, dan pilihan teknis. Selain itu, usaha tersebut memiliki efisiensi operasi dalam hal (i) pemulihan biaya, (ii) tidak terdapat kebocoran air; (iii) tidak membutuhkan subsidi publik, dan pinjaman.
Berdasar studi "Small Scale Water Providers" yang didanai ADB, ditemukan bahwa pelayanan air minum
skala komunitas mempunyai beberapa karakteristik yaitu (i) Strategi teknis dan manajemen yang fleksibel. Hambatan investasi dan biaya operasi ditangani dengan memilih jenis teknologi yang sesuai dengan kondisi masyarakat.
Masyarakat yang dilayani sebagian besar merupakan pekerja harian sehingga penagihan dilakukan tidak sebulan sekali tetapi lebih sering sesuai dengan kemampuan masyarakat; (ii) Perusahaan air minum menjadi patokan pelayanan. Pelayanan skala kecil menganggap perusahaan air minum sebagai pesaing sehingga kualitas pelayanan diusahakan setingkat; (iii) Kurang dihargai oleh pemerintah daerah dan perusahaan
air minum. Kebutuhan investasi sulit terpenuhi karena dianggap usaha ilegal, tidak menguntungkan, dan asetnya tidak dapat dinilai. Akibatnya akses kredit terbatas dan berbunga tinggi sehingga resiko investasi menjadi tinggi; (iv) Keterkaitan erat antara keabsahan dan tingkat pelayanan Bentuk pelayanan usaha ini bermacam-macam. Ada yang menggunakan gerobak dorong, saluran pipa ke rumah (terminal air), truk tangki air, kios air, dan sebagainya. Khusus kios air minum, ada alasan mengapa usaha ini marak terutama
di kota, yakni (i) memungkinkan pengguna membeli dalam jumlah dan waktu yang sesuai kemampuan ereka; (ii) memungkinkan biaya modal rendah per rumah tangga yang terlayani; (iii) memungkinkan tingkat pemulihan biaya (cost recovery) perusahaan air minum lebih baik karena penyedia air minum skala kecil membayar sesuai dengan yang dipergunakannya. Lebih dari itu penyedia air skala kecil dapat berkembang sesuai dengan situasi yang ada. Beberapa kasus menunjukkan usaha dengan gerobak dorong bisa menjadi truk tangki air bahkan menjadi sambungan pipa bawah tanah ke rumah.
Namun di Indonesia belum ada penyedia air skala kecil yang berubah menjadi perusahaan besar. Oleh karena itu, keberadaan penyedia air skala kecil ini mampu mendorong pencapaian MDGs tahun 2015. Mereka layak dimasukkan dalam strategi investasi air minum karena usahanya mampu mempercepat peningkatan cakupan
layanan. Hanya saja perlu ada perhatian khusus kepada mereka terutama dalam hal kendala tarif yang relatif
mahal dan kurangnya dana investasi serta aspek legalitas.

By. Hasan Husain, SKM

Promosi Kesehatan Masyarakat

A. Pengertian Promosi Kesehatan
           Promosi Kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui proses
pembelajaran dari-oleh-untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Menolong diri sendiri artinya bahwa masyarakat mampu berperilaku mencegah timbulnya masalah-masalah dan gangguan kesehatan, memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan serta mampu pula berperilaku mengatasi apabila masalah gangguan kesehatan tersebut terlanjur terjadi di tengah-tengah kehidupan masyarakat.
           Banyak masalah kesehatan yang ada di negeri kita Indonesia, termasuk timbulnya Kejadian Luar Biasa
(KLB) yang erat kaitannya dengan perilaku masyarakat itu sendiri. Sebagai contoh KLB Diare dimana
penyebab utamanya adalah rendahnya perilaku hidup bersih dan sehat seperti kesadaran akan buang air besar yang belum benar (tidak di jamban), cuci tangan pakai sabun masih sangat terbatas, minum air yang tidak sehat, dan lain-lain.
          Promosi kesehatan bukan hanya proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan saja, tetapi juga disertai upaya-upaya menfasilitasi perubahan perilaku. Dengan demikian promosi kesehatan adalah program-program kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan) baik di dalam masyarakat sendiri maupun dalam organisasi dan lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya, politik dan sebagainya). Atau dengan kata lain promosi kesehatan tidak hanya mengaitkan diri pada peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku kesehatan saja, tetapi juga meningkatkan atau memperbaiki lingkungan (fisik dan non-fisik) dalam rangka memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat. Umumnya ada empat faktor yang dapat mempengaruhi masyarakat agar merubah perilakunya, yaitu
  • Fasilitasi, yaitu bila perilaku yang baru membuat hidup masyarakat yang melakukannya menjadi lebih mudah, misalnya adanya sumber air bersih yang lebih dekat;
  • Pengertian yaitu bila perilaku yang baru masuk akal bagi masyarakat dalam konteks pengetahuan lokal,
  • Persetujuan, yaitu bila tokoh panutan (seperti tokoh agama dan tokoh agama) setempat menyetujui dan mempraktekkan perilaku yang di anjurkan dan
  • Kesanggupan untuk mengadakan perubahan secara fisik misalnya kemampuan untuk membangun jamban dengan teknologi murah namun tepat guna sesuai dengan potensi yang di miliki.
             Pendekatan program promosi menekankan aspek ”bersama masyarakat”, dalam artian:
a. Bersama dengan masyarakat fasilitator mempelajari aspek-aspek penting dalam kehidupan masyarakat        untuk memahami apa yang mereka kerjakan, perlukan dan inginkan,
b. Bersama dengan masyarakat fasilitator menyediakan alternatif yang menarik untuk perilaku yang beresiko misalnya jamban keluarga sehingga buang air besar dapat di lakukan dengan aman dan nyaman serta
c. Bersama dengan masyarakat petugas merencanakan program promosi kesehatan dan memantau dampaknya secara terus-menerus, berkesinambungan.

B. Strategi Promosi Kesehatan
              Pembangunan sarana air bersih, sarana sanitasi dan program promosi kesehatan dapat dilaksanakan
secara terpadu dan berkesinambungan apabila :
  • Program tersebut direncanakan sendiri oleh masyarakat berdasarkan atas identifikasi dan analisis situasi yang dihadapi oleh masyarakat, dilaksanakan, dikelola dan dimonitor sendiri oleh masyarakat.
  • Ada pembinaan teknis terhadap pelaksanaan program tersebut oleh tim teknis pada tingkat Kecamatan.
  • Ada dukungan dan kemudahan pelaksanaan oleh tim lintas sektoral dan tim lintas program di tingkat Kabupaten dan Propinsi. 

          Strategi untuk meningkatkan program promosi kesehatan, perlu dilakukan dengan langkah kegiatan
sebagai berikut :
1. Advokasi di Tingkat Propinsi dan Kabupaten
              Pada tingkat Propinsi dan tingkat Kabupaten dalam pelaksanaan Proyek PAMSIMAS telah dibentuk Tim Teknis Propinsi dan Tim Teknis Kabupten. Anggota Tim Teknis Propinsi dan Tim Teknis
Kabupaten, adalah para petugas fungsional atau structural yang menguasai teknis operasional pada bidang tugasnya dan tidak mempunyai kendala untuk melakukan tugas lapangan. Advokasi dilakukan agar lintas sektor, lintas program atau LSM mengetahui tentang Proyek PAMSIMAS termasuk Program Promosi Kesehatan dengan harapan mereka mau untuk melakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Mendukung rencana kegiatan promosi kesehatan. Dukungan yang dimaksud bisa berupa dana, kebijakan politis, maupun dukungan kemitraan;
b. Sepakat untuk bersama-sama melaksanakan program promosi kesehatan; serta
c. Mengetahui peran dan fungsi masing-masing sektor/unsur terkait.

Advokasi di tingkat Propinsi dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Propinsi dan advokasi di tingkat Kabupaten dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten.
a. Peran Tim Teknis Propinsi
  • Perencanaan dan penganggaran kegiatan (termasuk promosi kesehatan).
  • Pelatihan teknis.
  • Bimbingan teknis, monitoring dan evaluasi.
  • Pemecahan masalah yang dihadapi oleh Kabupaten.
  • Menyusun strategi pelaksanaan kegiatan (termasuk promosi higiene sanitasi).
b. Peran Tim Teknis Kabupaten
  • Perencanaan dan penganggaran kegiatan APBD, dana pinjaman dan kontribusi masyarakat.
  • Pembinaan teknis perencanaan pembelajaran partisipatif di sekolah, peningkatan peran guru, orang tua siswa dan komite sekolah, serta peningkatan mobilisasi sumber daya.
  • Pembinaan teknis fungsi dan peran LKM, Badan Pengelola untuk keterpaduan dan kesinambungan program higiene sanitasi.
  • Pembinaan teknis monitoring dan evaluasi.
  • Menyusun strategi pelaksanaan kegiatan termasuk promosi higiene sanitasi.
c. Peran Tim Lintas Program Dinas Kesehatan Kabupaten
  • Pembinaan teknis program promosi higiene sanitasi di sekolah dan di masyarakat.
  • Mengintegrasikan program higiene sanitasi pada Program Pamsimas dengan program lain.
  • Mengembangkan indikator perubahan perilaku.
  • Pengembangan media komunikasi berdasar atas kebutuhan masyarakat
                 Advokasi bisa dilakukan dengan beberapa cara misalnya : melalui lokakarya, pertemuan - pertemuan atau dengan memanfaatkan pertemuan rutin yang sudah ada/sudah berjalan atau melakukan
pertemuan resmi/tidak resmi pada saat tertentu/kegiatan tertentu di Puskesmas atau di ibukota propinsi/ kabupaten.

2. Menjalin Kemitraan di Tingkat Kecamatan.
             Melalui wadah organisasi tersebut Tim Fasilitator harus lebih aktif menjalin kemitraan dengan TKC untuk :
  • Mendukung program kesehatan.
  • Melakukan pembinaan teknis.
  • Mengintegrasikan program promosi kesehatan dengan program lain yang dilaksanakan oleh Sektor dan Program lain, terutama program usaha kesehatan sekolah, dan program lain di PUSKESMAS.

3. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Masyarakat
           Untuk meningkatkan kemampuan masyarakat mengelola program promosi kesehatan, mulai dari
perencanaan, implementasi kegiatan, monitoring dan evaluasi harus dilaksanakan sendiri oleh masyarakat, dengan menggunakan metoda MPA-PHAST. Untuk meningkatkan keterpaduan dan kesinambungan program promosi kesehatan dengan pembangunan sarana air bersih dan sanitasi, di tingkat desa harus dibentuk lembaga pengelola, dan pembinaan teknis oleh lintas program dan lintas sector terkait.
Pesan perubahan perilaku yang terlalu banyak sering membuat bingung masyarakat, oleh karena itu perlu masyarakat memilih dua atau tiga perubahan perilaku terlebih dahulu. Perubahan perilaku beresiko diprioritaskan dalam program higiene sanitasi pada Proyek PAMSIMAS di sekolah dan di masyarakat :
  • Pembuangan tinja yang aman.
  • Cuci tangan pakai sabun
  • Pengamanan air minum dan makanan.
  • Pengelolaan sampah
  • Pengelolaan limbah cair rumah tangga
                
                   Setelah masyarakat timbul kesadaran, kemauan / minat untuk merubah perilaku buang kotoran di
tempat terbuka menjadi perilaku buang kotoran di tempat terpusat (jamban), masyarakat dapat mulai membangun sarana sanitasi (jamban keluarga) yang harus dibangun oleh masing-masing anggota rumah tangga dengan dana swadaya. Masyarakat harus menentukan kapan dapat mencapai agar semua rumah tangga mempunyai jamban. Pembangunan sarana jamban sekolah, tempat cuci tangan dan sarana air bersih di sekolah, menggunakan dana hibah desa atau sumber dana lain. Fasilitator harus mampu memberikan informasi
pilihan agar masyarakat dapat memilih jenis sarana sanitasi sesuai dengan kemampuan dan kondisi
lingkungannya (melalui pendekatan partisipatori).

By. Hasan Husain, SKM (Tenaga Ahli Kesehatan Program Pamsimas)

PROMOSI KESEHATAN SEKOLAH

1. Arti penting promosi kesehatan sekolah
               Promosi kesehatan di sekolah merupakan suatu upaya untuk menciptakan sekolah menjadi suatu
komunitas yang mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sekolah melalui 3 kegiatan utama (a) penciptaan lingkungan sekolah yang sehat,(b) pemeliharaan dan pelayanan di sekolah, dan (c) upaya pendidikan yang berkesinambungan. Ketiga kegiatan tersebut dikenal dengan istilah TRIAS UKS.
Sebagai suatu institusi pendidikan, sekolah mempunyai peranan dan kedudukan strategis dalam upaya promosi kesehatan. Hal ini disebabkan karena sebagian besar anak usia 5-19 tahun terpajan dengan lembaga pendidikan dalam jangka waktu cukup lama. Jumlah usia 7-12 berjumlah 25.409.200 jiwa dan sebanyak 25.267.914 anak (99.4%) aktif dalam proses belajar. Untuk kelompok umur 13-15 thn berjumlah 12.070.200 jiwa dan sebanyak 10.438.667 anak (86,5%) aktif dalam sekolah (sumber: Depdiknas,2007). Dari segi populasi, promosi kesehatan di sekolah dapat menjangkau 2 jenis populasi, yaitu populasi anak sekolah dan masyarakat umum/keluarga.
Apabila promosi kesehatan ditujukan pada usia sampai dengan 12 tahun saja, yang berjumlah sekitar 25 juta, maka mereka akan mampu menyebarluaskan informasi kesehatan kepada hampir 100 juta populasi masyarakat umum yang terpajan promosi kesehatan. Sekolah mendukung pertumbuhan dan perkembangan alamiah seorang anak, sebab di sekolah seorang anak dapat mempelajari berbagai pengetahuan termasuk kesehatan. Promosi kesehatan di sekolah membantu meningkatkan kesehatan siswa, guru, karyawan, keluarga serta masyarakat sekitar, sehingga proses belajar mengajar berlangsung lebih produktif.
Dalam promosi kesehatan sekolah, keluarga anak sekolah dapat dipandang sebagai 2 aspek yaitu
a) sebagai pendukung keberhasilan program promosi kesehatan di sekolah (support side)
b) sebagai pihak yang juga memperoleh manfaat atas berlangsungnya promosi kesehatan di sekolah itu sendiri (impact side)
Pada segi pendukung keberhasilan, promosi kesehatan di sekolah seringkali akan lebih berhasil jika mendapat dukungan yang memadai dari keluarga si murid. Hal terkait dengan intensitas hubungan antara anak dan keluarga, dimana sebagian besar waktu berinteraksi dengan keluaraga lebih banyak. Pada segi pihak yang turut memperoleh manfaat, peran orang tua yang memadai, hangat, membantu serta berpartisipasi aktif akan lebih menjamin keberhasilan program promosi kesehatan. Sebagai contoh bila di sekolah dilakukan kampanya perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun kemudian dirumah orang tua juga menyediakan fasilitas CTPS, maka perilaku anak akan lebih lestari (sustainable). Bentuk dukungan orang tua ini meyakinkan bahwa tindakan cuci tangan pakai sabun merupakan tindakan yang benar, baik di sekolah maupun di rrumah.

2. Strategi Promosi Kesehatan
                WHO mencanangkan lima strategi promosi kesehatan di sekolah yaitu:
a. Advokasi
                  Kesuksesan program promosi kesehatan di sekolah sangat ditentukan oleh dukungan dari
berbagai pihak yang terkait dengan kepentingan kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan masyarakat sekolah. Guna mendapatkan dukungan yang kuat dari berbagai pihak terkait tersebut perlu dilakukan upaya-upaya advokasi untuk menyadarkan akan arti penting program kesehatan sekolah. Advokasi lebih ditujukan kepada berbagai pihak yang akan menentukan kebijakan program, termasuk kebijakan yang terkait dana untuk kegiatan.

b. Kerjasama
               Kerjasama dengan berbagai pihak yang terkait sangat bermanfaat bagi jalannya program promosi kesehatan sekolah. Dalam kerjasama ini berbagai pihak dapat saling belajar dan berbagi pengalaman tentang keberhasilan dan kekurangan program, tentang cara menggunakan berbagai sumber daya yang ada, serta memaksimalkan investasi dalam pemanfaatan untuk melakukan promosi kesehatan.
c. Penguatan kapasitas
               Kemampuan kerja dalam kegiatan promosi kesehatan di sekolah harus dapat dilaksanakan secara optimal. Untuk itu berbagai sektor terkait harus diyakini dapat memberikan dukungan untuk memperkuat program promosi kesehatan di sekolah. Dukungan berbagai sektor ini dapat terkait dalam rangka penyusunan rencana kegiatan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program promosi kesehatan sekolah
d. Kemitraan
              Kemitraan dengan berbagai unit organisasi baik pemerintah, LSM maupun usaha swasta akan
sangat mendukung pelaksanaan program promosi kesehatan sekolah. Disamping itu, dengan kemitraan akan dapat mendorong mobilisasi guna meningkatkan status kesehatan di sekolah.
e. Penelitrian
            Penelitian merupakan salah satu komponen dari pengembangan dan penilaian program promosi kesehatan. Bagi sektor terkait, penelitian merupakan akses untuk masuk dalam mengembangkan promosi kesehatan di sekolah baik secara nasional maupun regional, disamping untuk melakukan evaluasi peningkatan PHBS siswa sekolah.

3. Ciri “SEKOLAH PROMOSI KESEHATAN”
                 Menurut WHO terdapat enam ciri-ciri utama dari suatu sekolah untuk dapat menjadi sekolah yang
mempromosikan/meningkatkan kesehatan, yaitu :
  1. Melibatkan semua pihak yang berkaitan dengan masalah kesehatan sekolah yaitu peserta didik, orangtua     dan para tokoh masyarakat maupun organisasi-organisasi di masyarakat
  2. Berusaha keras untuk menciptakan lingkungan sehat dan aman, meliputi :
  • Sanitasi dan air yang cukup
  • Bebas dari segala macam bentuk kekerasan
     3.  Bebas dari pengaruh negatif dan penyalahgunaan yang berbahaya
  • Suasana yang memperdulikan pola asuh, rasa hormat dan saling percaya
  • Pekarangan sekolah yang aman
  • Dukungan masyarakat yang sepenuhnya
     4.  Memberikan pendidikan kesehatan sekolah dengan :
  • Kurikulum yang mampu meningkatkan sikap dan perilaku peserta didik yang positif terhadap kesehatan  serta dapat mengembangkan berbagai ketrampilan hidup yang mendukung kesehatan fisik, mental dan sosial
  • Memperhatikan pentingnya pendidikan dan pelatihan untuk guru maupun orangtua
     5.  Memberikan akses untuk di laksanakannya pelayanan kesehatan di sekolah, yaitu :
  • Penjaringan, diagnosa dini, imunisasi serta pengobatan sederhana
  • Kerjasama dengan Puskesmas setempat
  • Adanya program-program makanan bergizi dengan memperhatikan “keamanan” makanan
     6.  Menerapkan kebijakan dan upaya di sekolah untuk mempromosikan dan meningkatkan kesehatan, yaitu :
  • Kebijakan yang di dukung oleh staf sekolah termasuk mewujudkan proses belajar mengajar yang dapat menciptakan lingkungan psikososial yang sehat bagi seluruh masyarakat sekolah
  • Kebijakan-kebijakan dalam memberikan pelayanan yang adil untuk seluruh siswa
  • Kebijakan-kebijakan dalam penggunaan rokok, penyalahgunaan narkoba termasuk alkohol serta pencegahan segala bentuk kekerasan/pelecehan
    7.  Bekerja keras untuk ikut atau berperan serta meningkatkan kesehatan masyarakat, dengan :
  • Memperhatikan adanya masalah kesehatan masyarakat yang terjadi
  • Berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan kesehatan masyarakat

                  Untuk itulah sekolah harus menjadi suatu “tempat” yang dapat meningkatkan/mempromosikan
derajat kesehatan peserta didiknya. Konsep inilah yang oleh Organisasi Kesehatan Dunia di sebut dengan menciptakan “Health Promotion School” atau sekolah promosi kesehatan. Dapat dikatakan program Usaha Kesehatan Sekolah dilaksanakan dengan baik pada sekolah tersebut. Pada dasarnya, setiapnya sekolah memiliki kemampuan dan kebutuhan yang berbeda-beda sesuai situasi dan kondisinya masing-masing dalam mewujudkan “Sekolah Promosi Kesehatan”. Namun yang terpenting adalah bagaimana ia dapat menggunakan “kekuatan organisasinya” secara optimal untuk dapat meningkatkan kesehatan masyarakat sekolah.

By. Hasan Husain, SKM ( Tenaga Ahli Kesehatan Program Pamsimas Kabupaten Mamuju)

Minggu, 17 Oktober 2010

Substansi CLTS


Community Led Total Sanitation  atau kegiatan pembangunan sanitasi total yang dip impin oleh masyarakat (CLTS) fokus pada memicu perilaku masyarakat di bidang sanitasi, sehingga terjadilah suatu perubahan dari yang tadinya masyarakat biasa BAB di sembarang tempat, menjadi BAB di jamban. Kegiatan CLTS bisa dikatakan lebih daripada sekedar membangun jamban. Melalui suatu proses yaitu proses pemberdayaan masyarakat.   

Pendekatan CLTS berkonsentrasi pada masyarakat secara keseluruhan, bukannya sebagai individu. Dengan pendekatan ini, Manfaat kolektifnya dirasakan oleh masyarakat seperti : keingginan masyarakat untuk berhenti dari kebiasaan buang air besar di sembarang tempat. Timbulnya dorongan untuk kerjasama. Masyarakat secara bersama-sama memutuskan bagaimana mereka dapat menciptakan suatu lingkungan bersih dan higienis yang meningkatkan kesehatan semua orang. Yang paling penting dari pendekatan ini adalah tidak ada subsidi untuk masyarakat berupa bantuan keuangan atau material. Semua dilakukan secara swadaya.

Sanitasi Total secara luas meliputi perubahan perilaku : berhenti buang air besar di sembarang tempat; semua orang menggunakan jamban sehat; semua orang membiasakan cuci tangan dengan sabun disaat 5 waktu kritis : sebelum dan sesudah makan; setelah buang air besar; setelah menangani tinja bayi; sebelum  menyiapkan air minum dan makanan dengan cara yang higienis; penanganan yang sesuai terhadap sampah domestik maupun binatang peliharaan.

CLTS dimulai dengan menanamkan rasa malu dan rasa jijik kepada anggota masyarakat dari kebiasaan buang air besar di sembarang tempat. Perasaan ini kemudian dibicarakan dengan masyarakat lainnya, lalu dengan cepat menjadi sadar akan akibat buruknya dari kebiasaan buang air besar di sembarang tempat, sampai akhirnya tercetus keinginan untuk merubah perilaku keseluruhan masyarakat untuk membersihkan desa / kampung mereka.

By. Hasan Husain, SKM (Tenaga Ahli Kesehatan dalam Program Pamsimas Kabupaten Mamuju)